LINK TEMAN

Jumat, 02 Desember 2011

Pertunjukan tradisional Cina

 BARANGSAI

Latar Belakang
Keberagaman bukanlah hal yang aneh lagi bagi masyarakat Indonesia. Sekurang-kurangnya terdapat 300 suku bangsa (Geertz dalam Sanjatmiko, 1999; Suryadinata, 1999) yang mendiami seluruh wilayah nusantara. Dari sejumlah golongan etnis (suku bangsa) tersebut secara umum bangsa Indonesia terbagi dalam dua golongan besar yakni golongan etnis pribumi seperti etnis Jawa, Sunda, Batak, Minang dan golongan etnis pendatang seperti etnis India, Arab, Eropa (yang diwakili Portugis dan Belanda) serta etnis Cina. Di bidang agama, setidaknya ada lima agama yang resmi diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu serta satu aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Suryadinata, 1999; Sanjatmiko, 1999).
Kesemuanya itulah yang membentuk satu masyarakat yang masuk dalam wadah negara Republik Indonesia. Untuk menjaga kondisi aman dan tentram dalam kemajemukan bangsa Indonesia diperlukan bentuk hubungan antarkelompok yang harmonis. Adanya toleransi antargolongan etnis dan antarumat beragama merupakan satu bentuk keharmonisan yang perlu dipertahankan.
Pemerintah Orba yang lahir pascaperistiwa Gerakan 30 September 1965 memutuskan bahwa hanya ada satu cara untuk menyelesaikan masalah Cina yakni melalui proses asimilasi (Lan dalam Wibowo, 1999). Solusi ini juga dijadikan sebagai solusi nasional sebagaimana tercermin pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Orba berkenaan dengan masyarakat etnis Cina. Semua dilakukan agar masyarakat etnis Cina dapat terasimilasi dengan baik dan prasangka buruk terhadapnya berkurang. Beberapa peraturan itu adalah keputusan Presidium Kabinet No. 127/U/Kep/1966 mengenai pergantian nama sehingga mulai saat itu masyarakat etnis Cina harus memakai nama khas Indonesia bukan nama khas Cina. Instruksi Presiden No. 14/1967 yang mengatur agama, kepercayaan dan adat-istiadat keturunan Cina akibatnya setiap warga etnis Cina harus masuk dalam agama-agama yang resmi diakui oleh pemerintah dan pagelaran seni seperti tari Barongsai dilarang dipertontonkan di depan khalayak umum (dicabut oleh pemerintah berdasarkan Keppres No. 6/2000). Peraturan lainnya seperti keputusan Presiden No. 240/1967 mengenai kebijakan pokok yang menyangkut Warga Negara Indonesia (WNI) keturunan asing, serta Instruksi Presidium Kabinet No. 37/U/IN/1967 tentang kebijakan pokok penyelesaian masalah Cina (Lan dalam Wibowo, 1999; Warta Kota, 20 Januari 2000; Kompas, 5 Februari 2000) turut memperkuat kebijakan asimilasi tadi. Hasil nyata dari beberapa peraturan tadi adalah berkurangnya tampilan budaya Cina dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang keadaan seperti ini, muncullah beberapa penelitian yang berusaha mengungkap persoalan-persoalan di balik masalah antaretnis tersebut. Setidaknya terdapat tujuh penelitian psikologi yang menyentuh masalah hubungan antaretnis ini. Tema-tema penelitian yang telah diangkat antara lain: persepsi antaretnis di Indonesia (Warnaen, 1978), jarak sosial (Waluyo, 1989), penerimaan golongan Cina beragama Islam/Non-Islam (Mauludi, 1989), sistem kepercayaan-ketidakpercayaan (Simbolon, 1989), nasionalisme golongan etnis Cina (Rimadewi, 1989), persepsi terhadap siswa golongan etnis Cina (Tjun, 1990), persepsi tentang diskriminasi (Arief, 1997).
Dari sekian penelitian yang pernah dilakukan tersebut, belum ada yang mengungkap secara eksplisit bagaimana sebenarnya sikap masyarakat pribumi terhadap masyarakat golongan etnis Cina pada umumnya. Sikap itu sendiri dapat didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh seseorang tentang suatu kelompok sosial dalam dimensi yang global seperti positif-negatif, baik-buruk, disukai-tidak disukai dan sebagainya (Esses, Zanna, Haddock; 1993). Dengan mengetahui sikap masyarakat golongan pribumi terhadap masyarakat golongan etnis Cina, kita dapat mengetahui sejauh mana golongan etnis Cina dinilai positif atau negatif, baik atau buruk, disukai atau tidak disukai oleh golongan pribumi. Berangkat dari hal tersebut, kita dapat melihat apakah sikap masyarakat terhadap masyarakat golongan etnis Cina cukup berperan dalam kesenjangan hubungan antara kedua golongan etnis tersebut.
Kelompok etnis merupakan kelompok yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu seperti agama, ras, wilayah dan budaya dan tradisi tersendiri. Aspek-aspek yang terkait dengan kelompok etnis adalah aspek fisik, aspek psikologis dan aspek sosial budaya. Menurutnya aspek fisik adalah mengenai rasa penerimaan diri atas atribusi fisik pada etnis atau ras seperti warna kulit, jenis rambut, dan bentuk fisiologis lainnya. Pada aspek psikologis hal ini menunjukkan rasa kepedulian pada komitmen pada kelompok etnis atau ras, termasuk rasa bangga pada keanggotaan dan tanggung jawab pada kelompoknya. Dan yang terakhir, aspek sosial budaya merupakan perwujudan tingkah laku individu terhadap masalah sosial budaya dan isu-isu kemasyarakatan.
Profil Kelompok Barangsai dan Liong “Tri Pusaka”
Kelompok barongsai dan liong berdiri sejak tanggal 25 Juni 1998. kelompok ini Asal mula berdirinya kelompok tersebut adalah dari Wu Shu yang berkembang menjadi olah raga seni dan budaya yaitu barongsai dan liong (naga). Wu Shu merupakan seni olahraga dari Negara Cina, Tiongkok yang lebih mengedepakkan seni bela diri. Wu Shu berkembang ke arah barongsai dan liong. Selama Kelompok ini masih di Wu Shu, Bpk. Heru Subianto memiliki keinginan, dorongan untuk mengembangkan kea rah barongsai dan liong. Berdirinya kelompok ini di dukung oleh Bapak Budi Darmawan dan Bapak Widarto sebagai ketua “MAKIN” yang mengkoordinasi sehingga terbentu kelompok ini.
Whu Shu dan Barongsai maupun liong memiliki hubungan erat dengan seni olahraga dan seni yang di padukan menjadi sesuatu yang menarik dan indah baik seni geraknya, musik dan keterpaduan gerakan dengan musik. Barongsai dan liong pada zaman orde baru kurang berkembang karena pemerintah melarang dan orang takut memainkan barongsai atau liong bias dibelokkan ke arah politik olehmasyarakat pribumi.
Barongsai memiliki makna penting di dalam budaya atau keyakinan orang-orang Cina baik yang tingal di Indonesia maupun di luar negeri.. Kepercayaan orang Cina sejak zaman dulu hingga sekarang adalah dengan melakukkan dan menyelunggarakan atraksi barongsai atau liong di percaya dap pengusiran roh jahat atau aura jahat di suatu tempat tertentu. Selain itu, pada zaman dahulu teradapat anggapan bahwa barongsai menunjukkan kegagahan. Dalam memainkan barongsai dan liong, pemain harus memiliki jiwa seni tinggi dalam mengolah gerak dengan musik menjadi keterpaduan yang baik.
Kelompok barongsai dan liong Tri Pusaka berpusat di SMP Tri Pusaka. Tidak lepas dari nama kelompok tersebur latihan anggota-anggotanya adalah di SMP dan SMA TRI PUSAKA SURAKARTA. Visi dari kelompok barongsai dan liong ”Tri Pusaka” adalah menjadi suatu hiburan yang positif dan dapat diterima masyarakat sebagai suatu budaya tanpa ada unsur politis.. Sedangkan misi dari kelompok tersebut antara lain menjadi suatu kelompok yang berkembang serta mengharumkan nama baik perkumpulan maju tidak hanya meraih juara ditingkat daerah melainkan di tingkat Internasional.Tujuan dari organisasi ini tidak jauh dari visi dan misi mereka.
Tujuan dari kelompok barongsai dan liong “Tri Pusaka” adalah:
  • Memupuk jiwa persatuan dan solidaritas antar anggota.
  • Memupuk rasa persaudaraan sesama anggota, juga dengan anggota kelompok lain serta masyarakat.
  • Dapat ikut dan menjadi juara baik di tingkat daerah hingga ASEAN.
  • Turut berusaha melestarikan budaya dan seni.
  • Membentuk jasmaniah yang kuat.
  • Menyalurkan bakat anggotanya secara wajar.
Peraturan-peraturan kelompok barongsai dan liong “Tri Pusaka” adalah
  • Tidak boleh bergabung dengan kelompok lain yang sejenis.
Hal itu di karenakan ada kemungkinanan kelompok lain yang sejenis memsasukkan anggota tersebut untuk ikut suatu perlombaan di sisi lain anggota tersebaut memperjuanggkan kelompok ini untuk meraih juara. Apabila anggota kelompok ini masuk ke kolompok lain tetapi tidak sejenis, di perbolehkan asalkan tidak meganggu latihan.

Jumat, 18 November 2011

PAKAIAN ADAT MALAYSIA

Baju Melayu 
yang biasa di pakai di Malaysia dan negara serantau biasanya terbahagi kepada dua, iaitu baju Melayu potongan Teluk Belanga dan potongan Cekak Musang. Baju Melayu Teluk belanga biasanya lebih terkenal di selatan Malaysia sementara potongan Cekak Musang di kawasan tengah dan utara Malaysia. Potongan tersebut merujuk kepada cara jahitan pada leher baju tersebut, potongan Cekak Musang berbentuk seperti leher baju India hanya bahagian penutup atau rumah butangnya bertindan. Sementara potongan Teluk Belanga pula bahagian lehernya hanya di jahit secara sulaman. Terdapat berbagai bentuk sulaman yang dipadankan seperti Mata Lalat, Tulang Belut dan sebagainya.
Baju Melayu dijahit dalam dua cara iaitu berpesak atau potongan moden atau dipanggil potongan Cina. Di mana lengan baju tersebut disambungkan kepada badan baju.Iaitu secara di sambung terus atau di jahitkan kebahagian lain yang dinamakan pesak dan kekek.
Cara memakai baju juga terdapat perbezaan dimana bagi baju Melayu Teluk Belanga biasanya sampin dipakai diluar baju, manakala baju Melayu Cekak Musang baju di dalam sampin.

Baju Belah Kebaya Panjang

Walaupun wanita Johor terkenal dengan baju kurung, tetapi dalam acara majlis, mereka muncul juga dengan memakai kebaya, sebagai warisan daripada Kerajaan Johor-Riau.
Pola baju belah panjang ini masih bersifat ‘mengurungkan’ anggota badan. Secara tradisi potongannya labuh sehingga buku lali. Cuma bezanya ia berbelah dan berpesak di hadapan baju ini, umumnya dipakai sebagai pakaian di luar rumah atau upacara rasmi. Baju belah panjang ini terkenal di Melaka, Perak, Selangor dan Kedah-Perlis. Baju kurung belah ini kemudiannya dikenali sebagai ‘baju panjang’ dan ‘kebaya panjang’. Tradisi ini berkembang menjadi kebaya dan bertangan panjang berpesak lurus di hadapan, berkekek dan berbelah dada yang ditutup dengan kancing atau kerongsang tiga.

Baju Melayu Cekak Musang

Istilah ini berhubung langsung dengan pola lingkaran leher baju, tengkuk ‘cekak’ tinggi atau leher tegak empang leher. Pengertian ‘cekak musang’ merakamkan imej alami untuk leher baju yang bercekak tinggi berdiri (2.5cm) melingkari leher. Ukuran ditentukan oleh lingkaran (bulat) yang dibuat dengan ibu jari lain yang bertemu hujungnya. Baju ini mula dipakai di Johor ketika pemerintahan Sultan Ibrahim Ibni Sultan Abu Bakar.

Baju Teluk Belanga

"Cekak Musang" lengkap
Baju ini mula di perkenalkan di Teluk Belanga, Singapura dan tersebar luas sebagai ciri khas johor khususnya pada abad ke-19. Ia juga dikatakan sejenis pakaian lelaki yang dikatakan telah direka oleh Sultan Abu Bakar pada tahun 1866 untuk meraikan perpindahan ibu negeri Johor dari Teluk Belanga di Singapura ke Johor Bahru. Walau bagaimanapun istilah ini akhirnya menjadi ciri khas masyarakat Melayu hingga disebut selengkapnya ‘Baju Melayu’.

Baju Kurung

Baju kurung dianggap popular dan dipakai oleh lelaki dan perempuan. Perbezaannya terletak pada bahagian kocek iaitu lelaki mempunyai tiga kocek manakala perempuan mempunyai satu kocek serta perbezaan daripada segi pemakaian. Pengertian kurung secara tidak langsung telah membawa erti ‘mengurung atau menutup’ anggota tubuh. Cara ini menepati konsep pakaian cara Melayu setelah kedatangan Islam, sehinggalah istilah ‘kurung’ diertikan sebagai baju yang selesa dan longgar, labuh atau panjang. Sehingga disebut dengan berbagai-bagai nama misalnya ‘baju kurung bernyawa’ walaupun mempunyai pelbagai nama namun baju kurung telah menampilkan ciri-ciri tersendiri.

RUMAH ADAT JEPANG

Rumah Tradisional Jepang

Perumahan di Jepang termasuk gaya modern dan tradisional. Dua pola tempat tinggal yang dominan dalam kontemporer Jepang : keluarga-tunggal terpisah rumah dan multiple-unit bangunan, baik yang dimiliki oleh seorang individu atau korporasi dan disewa sebagai apartemen untuk penyewa, atau dimiliki oleh penghuni. Tambahan jenis perumahan, terutama bagi orang-orang belum menikah, termasuk rumah kos (yang populer di kalangan mahasiswa), asrama (umum di perusahaan), dan barak (untuk anggota Pasukan Bela Diri , polisi dan beberapa karyawan publik lainnya). disini aing hanya membahas tentang rumah tradisional Jepang.
Rumah tradisional

Rumah tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu (ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang keluarga), Genkan (Area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).
WASHITSU
Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional Jepang. Ada beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari jumlah tatami yang dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama.
Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan).
gambar oshiire:
Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu menjadi ruang tidur bila diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan.
Ada dua macam benda yang dapa digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan shoji.
Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.
Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil.Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.
perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya.

TARIAN INDIA

TARIAN INDIA

Kebudayaan India telahpun wujud selama beribu tahun dahulu. Dengan itu, kebudayaan India sangat kaya dengan pelbagai jenis tarian suku kaum India.
Tarian India boleh dibahagikan kepada gaya klasik dan gaya tradisional. Daripada tujuh gaya klasiknya yang paling dikenali adalah Bharata Natyam, dan Kathak.

Tarian Bharata Natyam Tarian Bharata Natyam merupakan salah satu gaya tarian klassik India. Tarian klassik Bharata Natyam merupakan salah satu tarian yang penuh dengan tradisi, yang mana untuk menguasainya perlu mengambil masa bertahun-tahun kerana terdapat pelbagai gerakan tangan, kaki dan mata yang harus dipelajari demi untuk mempersembahkan tarian warisan lama yang dihormati ini secara lengkap, penuh dengan kegemilangan.
Tarian ini berasal daripada wilayah Tamil Naidu di bahagian Selatan India. Secara tradisionalnya, tarian ini di persembahkan secara solo oleh seorang penari wanita.
Suatu persembahan yang lengkap dalam tarian ini merangkumi enam peringkat di kenali sebagai Alarippu, Jatiswaram, Sabdam, Varnam, Padam dan Thillana. Peringkat-peringkat ini menggabungkan elemen Nritta atau tarian tulen dan Nritya ( Tarian Ekspressi ).

Kathak 
merupakan salah satu dari lapan bentuk tarian klasik India, berasal dari India Utara. Tarian ini boleh dijejak asalnya kepada pencerita lisan nomad India utara silam, dikenali sebagai Kathaks, atau pencerita. Pencerita ini, membuat persembahan di lapangan kampung dan laman kuil, kebanyakannya khusus dalam mengisahkan kisah mitos dan moral dari kitab, dan menokok pengisahan mereka dengan alunan tangan dan mimik muka. Ia pada asasnya merupakan teater, menggunakan alatan dan bunyi muzik bersama gerak tangan, bagi menghidupkan penkisahan. Dalam bentuk kini terkandung bekas tarian kuil dan adat, dan pengaruh pergerakan bhakti. Sejak abad ke-16 seterusnya ia menyerap sesetengah ciri tarian Parsi dan tarian Asia Tengah yang diimport oleh istana diraja era Mughal.
Terdapat tiga jurusan utama atau gharana bagi Kathak dari mana pengamal masa kini menyusur susur galurnya: gharana dari Jaipur, Lucknow dan Benares (lahir di istana Kachwaha raja Rajput, Nawab dari Oudh, dan Varanasi mengikut turutan); terdapat juga gharana Raigarh yang kurang menonjol dan lebih muda dari mana teknik ketiga-tiga gharana sebelumnya digabung tetapi menjadi terkenal kerana komposisinya yang berbeza.
Tarian Kathak merupakan salah satu lagi tarian klasikal India yang berasal dari utara India. Perkataan Kathak berasal dari perkataan India Katha yang bermaksud 'seni bercerita'.
Dari sifat asalnya yang merupakan gambaran menghambakan diri kepada dewa-dewa Hindu, Kathak berkembang ke istana-istana pemerintah.

PAKAIAN ADAT INDIA

 PAKAIAN INDIA

DHOTI
Dhoti merupakan pakaian untuk kamum lelaki. Pakaian ini diperbuat daripada kain yang bewarna putih. Kebanyakan dhoti hanya boleh dilihat di hari perkahwinan sahaja kerana generasi muda hari ini tidak berminat dengan pakaian tersebut.
Dhoti diperbuat daripada lembaran kain putih yang panjang. Kain tersebut dililit di bahagian pinggang dan diikat pada celah paha dan kemudian disangkukan pada bahu. Kemudian kain tersebut dihiasi dengan manik-manik kecil supaya kelihatan menarik. Ada juga dhoti yang bewarna kuning pudar atau kuning susu. Pakaian ini banyak dipakai oleh golongan ceti.

SARI

Sari merupakan pakaian untuk kaum perempuan dan ia adalah pakaian seharian dan turut dipakai pada musim perayaan. Sari terdiri daripada lembaran kain yang berukuran semeter hingga dua meter lebar dan panjangnya pula antara lima hingga lima belas meter mengikut saiz pemakai. Kebanyakan kain sati adalah jarang dan lembut. Sebelum memakai sari, Si pemakai perlu memakai anak baju yang ketat dan singkat. Kemudian sati dililit dari pinggan dan diselempang pada bahu kiri. Lilitan pinggang sebanyak tiga hingga lima kali untuk menguatkan lilitan supaya tidak terurai.
Dari segi pemilihan warna, kebanyakan sari yang dipakai berwarna gelap seperti merah, biru, hijau dan ungu. Warna-warna ini lebih menarik untuk sari yang dipakai pada musim perayaan. Pemilihan corak pula adalah mengikut si pemakai. Ada yang lebih suka bercorak tumbuha-tumbuhan dan ada juga yang lebih suka bercorak haiwan. Untuk menjadikan si pemakai kelihatan menarik, kebanyakan mereka memilih sari yang mempunyai pelbagai jenis manik yang berkilat. Ini akan menyerlahkan lagi kecantikan si pemakainnya. Wala apapun pemilihan warna biasanya dipadankan dengan corak yang menarik dan sesuai dengan si pemakai.
 

PAKAIAN ADAT JEPANG

KIMONO

Kimono adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.
Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).
Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.
Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku, pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku.Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina.

SENJATA SUKU ABORIGIN

BUMERANG

Bumerang adalah senjata khas suku Aborigin di Australia yang kalau dilempar bisa kembali lagi. Gerakan bumerang adalah kombinasi translasi dan rotasi mirip dengan bilah helikopter.
Boomerang adalah senjata suku Aborigin, suku asli benua Australia. Senjata ini memiliki karkater unik, ia dilempar untuk memukul lawan dan sesudahnya ia akan kembali ke pemiliknya dengan syarat dilempar menggunakan teknik yang benar.

SENJATA TRADISIONAL JEPANG



 
 
 

Senjata Tradisional Jepang



katana
katana (刀) adalah pedang panjang jepang (daitō, 大刀), walaupun di jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan jepang) dari bentuk kanji 刀; sedangkan onyomi (sebutan hanzi) karakter kanji tersebut adalah tō. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai jepang.
Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, bentuknya mirip tapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai oleh anggota kelas satria.


wakizashi
wakizashi (bahasa jepang: 脇差) adalah pedang jepang tradisional dengan panjang mata bilah antara 30 dan 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci), serupa tetapi lebih pendek bila dibandingkan dengan katana yang sering dikenakan bersama-sama. Apabila dikenakan bersama, pasangan pedang ini dikenali sebagai daisho, yang apabila diterjemahkan secara harafiah sebagai "besar dan kecil"; "dai" atau besar untuk katana, dan "sho" untuk wakizashi.
Wakizashi digunakan sebagai senjata samurai apabila tidak ada katana. Apabila memasuki bangunan suci atau bangunan istana, samurai akan meninggalkan katananya pada para pengawal pada pintu masuk. Namun, wakizashi selalu tetap dibawa pada setiap waktu, dan dengan itu, ia menjadi senjata bagi samurai, serupa seperti penggunaan pistol bagi tentara.


naginata
naginata (なぎなた, 薙刀) adalah senjata kelas tombak yang secara tradisional digunakan di jepang oleh para anggota samurai. Sebuah naginata terdiri dari pegangan tongkat kayu dan golok melengkung pada ujungnya, senjata ini sama dengan yang dipegang oleh guan yu dalam sejarah china.
Ilmu beladiri yang menggunakan naginata disebut naginata-jutsu.


kama
kama (鎌 or かま) adalah senjata tradisional yang berasal dari okinawa, kama pada awalnya digunakan untuk pertanian.

Senjata kama biasa digunakan sepasang, senjata ini merupakan salah 1 senjata utama ninja, tetapi pada ujungnya dipasang gada/rantai, disebut kusari-gama.


kusari gama
kusari-gama adalah kama ( lihat diatas ), tetapi memiliki rantai yang diikatkan dengan senjata tajam ( gada, pedang kecil, dll )


sai
sai (釵) adalah senjata tradisional yang berasal dari okinawa, juga digunakan di india, china, indonesia dan malaysia. Sai adalah senjata yang berbentuk seperti trisula.
Sai pada awalnya adalah alat pertanian.


shuriken
shuriken (手裏剣;"hand hidden blade") adalah senjata tradisional jepang yang pada umumnya digunakan untuk dilempar ke lawan, dan kadang digunakan untuk menusuk dan memotong arteri lawan. Shuriken dibuat dari jarum, pisau, dan bahan logam lain. Shuriken adalah senjata yang paling sering digunakan setelah katana dan naginata.
Ilmu beladiri yang menggunakan shuriken disebut shuriken-jutsu, shuriken-jutsu pada dulunya diajarkan di perguruan ninja.
Shuriken dikenal dengan sebutan "bintang ninja"


kunai
kunai adalah senjata lempar tradisional jepang, muncul pada era kaisar tensho. Kunai pada umumnnya dibuat dari besi, bukan baja/metal lain, dibuat dengan murah dan tidak di-polish. Kunai biasanya berukuran 20-60cm, dan rata-rata 40 cm.

Kunai pada dulunya adalah alat untuk berkebun dan alat bagi para pekerja batu.
Kunai dipercaya sebenarnya bukan senjata yang didesain untuk dilempar, tetapi dapat dilempar dan menghasilkan daya hancur yang lumayan.


ALAT MASAK TRADISIONAL

Merupakan alat tradisional dari daerah jawa tengah dan sekitarnya. Dipergunakan sebagai alat memasak beras menjadi nasi, sering disebut “menanak nasi”. Alat ini berfungsi seperti rice cooker, bedanya adalah cara menggunakannya yaitu pada penggunaan kendhil, beras dimasak dengan air secukupnya hingga beras menjadi tanak dan didiamkan selama beberapa menit dengan kondisi api dikecilkan kemudian kondisi nasi [...]
Alat ini merupakan wadah atau tempat menampung air yang sering dipakai oleh masyarakat di pulau jawa. Biasanya juga dipakai untuk mencuci pakaian, sayuran, dan macam jenis pekerjaan lainnya. Sebelum ditemukannya wadah yang terbuat dari plat besi atau seng ini, masyarakatjawa menggunakan tempayan atau wadah dari bahan tanah liat atau sering disebut tembikar yang diolah [...]
Merupakan alat yang sering dipakai sebagai sarana melakukan upacara spiritual adat jawa untuk memohon berkat dari yang maha kuasa bagi keselamatan jalannya suatu upacara adat atau keselamatan arwah keluarga yang sudah meninggal dunia.
Fungsi : Sebagai alat untuk membakar dupa berupa kemenyan dengan menggunakan arang kayu. Berfungsi untuk membuat sesaji guna memohon berkah dari Yang [...]
Merupakan alat memasak dari Jawa Tengah dan sekitarnya. Benda ini merupakan alat memasak dengan cara digoreng. Benda ini di buat pada jaman sebelum ditemukannya alat memasak dari bahan logam. Biasanya alat ini digunakan untuk menggoreng makanan tradisional seperti gudeg dan jenis lainnya. Alat ini telah digunakan sejak jaman kerajaan majapahit.
• Fungsi : Sebagai alat untuk [...]
Alat ini mempunyai fungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan sementara kebutuhan pangan seperti umbi-umbian, buah, kacang-kacangan dan jenid lainnya yang berukuran kecil dan medium. Hingga saat ini alat memasak tersebut masih digunakan oleh masyarakat diJawa tengah dan sekitarnya.
• Fungsi : Sebagai alat untuk menyimpan sementara bahan-bahan makanan bagi masyarakat jawa sebelum dibersihkan dan dimasak.
• Bahan [...]
Mempunyai fungsi yang sama dengan alat tradisional “Tampah”, tetapi alat ini dapat dipakai untuk membersihkan kacang-kacangan dan beras dalam jumlah yang sekaligus banyak. Alat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat diJawa tengah dan sekitarnya.
• Fungsi : Sebagai alat untuk membersihkan beras dan jenis kacang-kacangan dari kotoran-kotoran sebelum di cuci dan dimasak dalam jumlah [...]
Merupakan alat rumah tangga tradisional untuk membersihkan beras dari serpihan kotoran-kotoran yang terbawa ketika proses pengulitan gabah menjadi beras. Alat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat dijawa tengah dan sekitarnya.
• Fungsi : Sebagai alat untuk membersihkan beras dan jenis kacang-kacangan dari kotoran-kotoran sebelum di cuci dan dimasak. Cara membersihkannya dengan cara di ayak [...]
Merupakan alat memasak yang dipergunakan oleh masyarakat jawa. Alat tradisional yang digunakan hanya untuk mengaduk masakan diatas kompor dalam keadaan panas.
• Fungsi : Sebagai alat untuk memasak, yaitu berfungsi untuk mengaduk sayur-sayuran, nasi, dan jenis makanan lainnya ketika sedang dimasak. Alat ini mempunyai pegangan yang panjang, karena dipakai ketika sedang memasak makanan diatas kompor,

Pertunjukan Tradisional


SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL DI INDONESIA


Seni dan Budaya Di Indonesia


sebenarnya indonesia sangatlah kaya akan karya seni dan budaya yang tidak dimiliki oleh negara lain, tapi sayang akhir-akhir ini banyak karya seni dan budaya indonesia yang di klaim oleh negara lain, itu karena warga indonesia sendiri yang tidak mau menghargai karya seni dan budayanya, bahkan mereka cenderung menyukai produk negara lain atau luar negeri, padahal di luar sana banyak negara yang iri dengan kekayaan seni dan budaya indonesia sampai-sampai mereka berani mengklaim kesenian dan kebudayaan negara kita.


Berasal dari kata wayangan, yaitu sumber ilham dalam menggambar wujud tokoh dan cerita.
Wayang merupakan suatu karya bangsa yang telah dikenal sejak1500 SM dan dalam perkembanganya bersentuhan dengan unsur lain dan terus berkembang sehingga menciptakan wujud dan isinya seperti saat ini.
Wayang berfungsi sebagai media penerangan, pendidikan, dan komunikasi masa,wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan hindu masuk masuk di indonesia dan mulai berkembang pada masa hindu jawa.

pertunjukan kesenian wayangmerupakan sisa- sisa upacara keagamaan orang jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dinamisme.